Habitat dan Burung Endemik di Kawasan Taman Nasional Bromo

Habitat dan Burung Endemik di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru – Sahabat sekalian pada kesempatan kali ini Pojok Ilmu akan share informasi mengenai Habitat dan Burung Endemik yang terdapat di Sekitar Gunung Bromo, yup Dikawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru selain tempat wisatanya yang terkenal antara lain sunrise di penanjakan dua dan Kawah Gunung Bromo. Ternyata dikawasan ini kaya akan keragaman Hayati.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jhon Kennedie mengungkapkan, masih ditemukan satwa liar berada di zona inti Gunung Bromo. “Hasil pemotretan dan inventarisasi kami di zona inti, masih ditemui satwa elang jawa. Kami juga menemukan jejak yang diduga macan tutul di zona inti,” ujar Kepala Balai Besar TNBTS, Jhon Kennedie, di gedung Kodim 0818 Kabupaten Malang – Batu, Kepanjen. Dia menyampaikan, hingga saat ini zona inti Gunung Bromo dalam keadaan aman. Penjagaan ekstra ketat dilakukan di zona inti tersebut. Plotting zona inti karena masih terdapat satwa liar di lokasi tersebut. Warga sekitar kawasan Gunung Bromo maupun para pengunjung tidak diperkenankan memasuki zona tersebut. Artinya zona tersebut steril dari aktivitas manusia demi menjaga kelestarian lingkungan. Meski demikian, ada beberapa titik dari zona inti yang digunakan sebagai aktivitas manusia. Terkait hal ini, pihak TNBTS akan melakukan review ulang terhadap peruntukannya saat ini.‎ “Satwa liar yang berada dalam kawasan agar tidak terganggu oleh aktivitas manusia.

Tanggungjawab kita untuk menjaganya dari kepunahan,” tambahnya. Pengamanan wilayah taman nasional akan dilakukan bersama dengan TNI – Polri .

Video Kawah Gunung Bromo:

Keterlibatan unsur ini akan mendukung mengingat lahan yang begitu luas dan tidak mungkin dicover oleh pihak TNBTS.‎ Saat ini, luas lahan keseluruhan TNBTS  mencapai 50.276 hektar yang terbagi dalam beberapa zonasi. Meliputi zona rimba, zona jalan, zona pemanfaatan, dan zona inti.

Burung-burung Endemik Jawa di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

  1. Elang Jawa/ Javan Hawk-eagle (Nisaetus bartelsi Stresemann, 1924). Endemik Jawa. Burung pemangsa (raptor) yang menjadi satwa kebanggaan nasional. Identik dengan Lambang Negara, yaitu Burung Garuda. Merupakan satwa icon dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Di kawasan TNBTS, Elang Jawa masih sering dijumpai pada beberapa lokasi. Monitoring jumlah dan keberadaan Elang Jawa rutin dilakukan tiap tahun oleh fungsional PEH TNBTS.
  2. Ceret Jawa/ Javan Bush-warbler (Bradypterus montis Hartert, 1896). Endemik Jawa. Sebarannya terbatas pada gunung tinggi di pulau jawa. Burung yang sangat pemalu, sangat sulit dijumpai “berlama-lama” bertengger atau muncul di tempat yang terbuka. Kebiasaannya mengendap-ngendap pada kerimbunan tumbuhan bawah di pinggir hutan dan hutan terbuka. Suaranya yang khas “kriiiek – kriiiek – kriiiek – kriiiek” berulang tanpa henti sering kali terdengar terutama pada pagi hari. Saat berkicau, burung ini bisa betah diam hingga beberapa menit, kemudian berpindah dengan cukup gesit pada tempat bertengger yang lain dan kemudian kembali melakukan hal yang sama, begitu seterusnya. Di kawasan TNBTS, burung ini sering dijumpai di wilayah Jemplang dan sekitarnya.
  3. Paruh Kodok Jawa/ Javan Frogmouth (Batrachostomus javensis Horsfield, 1821). Sub-spesies javensis merupakan endemik Jawa. Burung yang sangat jarang ditemukan dan tidak umum terdapat di kawasan TNBTS. Terlebih kamuflase nya yang cukup baik kadang bisa mengecoh para pengamat. Catatan perjumpaan dengan jenis ini di kawasan TNBTS baru 3 kali perjumpaan di lokasi yang berbeda, yaitu di kawasan Ranu Darungan, Ranu Tompe dan Ireng-ireng (PEH TNBTS, 2015). Burung yang aktif di malam hari (nocturnal) dan pada siang harinya berdiam pada tenggeran yang umumnya tidak jauh dari tanah, kadang dua burung duduk berdekatan.
  4. Luntur Harimau/ Orange-breasted Trogon (Harpactes oreskios Temminck, 1823). Sub-spesies oreskios merupakan endemik Jawa. Agak jarang dijumpai di kawasan TNBTS. Umumnya penyendiri walau kadang juga dijumpai berpasangan. Cukup gaduh dan mencolok di hutan. Burung yang cukup bersahabat bagi pengamat burung dikarenakan si Luntur ini tidaklah takut oleh keberadaan manusia.
  5. Burung Madu Jawa/ Scarlet Sunbird (Aethopyga mistacalis Temminck, 1822). Endemik Jawa. Umumnya ditemukan berpasangan. Yang jantan lebih gesit dibandingkan betina. Agak ribut, tinggal pada tajuk atas dan sering mengunjungi bunga benalu. Cukup sering dijumpai di kawasan TNBTS.
  6. Anis Gunung/ Island Thrush (Turdus poliocephalus whiteheadi Seebohm, 1893). Jenis ini memiliki ras yang cukup banyak baik global maupun lokal. Dan yang terdapat di kawasan TNBTS ini merupakan ras whiteheadi (endemik pegunungan jawa bagian timur). Burung Cacing yang paling bersahabat dengan manusia alias tidak takut akan keberadaan manusia. Walaupun begitu, jika ada gerakan yang mengancam tentunya burung ini akan terbang menjauh. Yang jelas jika anda senang memotret burung, burung ini akan menjadi salah satu favorit dikarenakan sikapnya yang “jinak”. Sering berdiam diri pada rimbunnya tajuk dan akan turun ke tanah jika suasana tenang dan aman.
  7. Takur Tulungtumpuk/ Black-banded Barbet (Megalaima javensis Horsfield, 1821). Endemik Jawa dan Bali. Tidak seperti saudaranya Takur Tohtor, jenis ini merupakan jenis takur yang keberadaannya hampir terancam (NT). Tidak umum di hutan dataran rendah sampai ketinggian 1500 mdpl. Di Kawasan TNBTS, jenis ini tercatat terbatas di beberapa lokasi saja. Kebiasaaan mirip dengan jenis takur lainnya. Memiliki suara yang khas dan bunyinya seperti halnya namanya, yaitu deringan “tulungtumpuk” yang berulang.
  8. Kipasan Bukit/ White-bellied Fantail (Rhipidura euryura S. Muller, 1843). Endemik Jawa. Hidup sendirian dan kadang berpasangan, sering juga tergabung dengan jenis burung lainnya. Cukup lincah gerakannya, namun jarang memamerkan kipasan ekornya dibandingkan jenis-jenis kipasan lain. Agak jarang ditemukan di kawasan TNBTS.[pi]