Kisah Ramadan, Cara berbuka Rasulullah yang membuat Imam Malik Menangis Sedih

Kisah Ramadan, Cara berbuka Rasulullah yang membuat Imam Malik Menangis Sedih

Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa dan penuh berkah karena semua umat Muslim di seluruh dunia, diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari selama kurang lebih 30 hari. Selain pahala, banyak pula yang bisa kita di petik di bulan ini salah satunya kisah Ramadhan penuh hikmah dari ulama besar Al-Imam Malik bin Anas pendiri mahdzab Maliki yang hidup sekitar tahun 93 hijriah. Beliau adalah ulama yang memiliki keluasan ilmu terutama fiqh dan hadis.

Diriwayatkan pada suatu saat di bulan Ramadhan tibalah waktunya untuk berbuka puasa. Tidak serta merta menikmati hidangan, beliau terlihat menangis dan menjatuhkan air mata hingga membasahi janggutnya. Melihat kejadian tersebut, diantara muridnya memberanikan diri bertanya tentang mengapa beliau menangis hingga menyayat hati seperti kehilangan yang amat dalam. Muridnya bertanya lagi, apakah ini disebabkan oleh hidangannya yang kurang berkenan.

kisah ramadan

 

Imam Malik menjawab bahwa ia tidak bersedih karena hidangan tersebut ataupun kelakuan murid-muridnya, justru hidangan tersebut sangat enak dan muridnya sangat baik dan khidmat. Mendengar jawaban tersebut sang murid bertanya kembali, “Jika demikian, ada gerangan wahai guru kami yang tercinta?”

Imam Malik kemudian berkisah bahwa pada suatu hari ketika berbuka puasa dengan Imam Ja’far As-shodiq dengan hidangan yang begitu nikmat seperti makanan saat ini. Kemudian Imam Ja’far menangis terisak, dan berkata “Wahai Ibnu Anas, ketahuilah bahwa Rasulullah kadang – kadang berbuka hanya dengan 3 buah kurma dan air saja, beliau sangat menikmatinya dengan penuh kesyukuran. Bahkan Rasulullah kerapkali hanya berbuka dengan sebutir kurma dan itupun harus di bagi dengan istrinya yakni Siti Aisyah, tetapi walaupun begitu, beliau tidak pernah mengeluh.

Rasulullah menyedikitkan santap sahur dan berbuka, tetapi dalam hal beribadah dan bersyukur beliau sangatlah banyak. Dan bahkan dengan kondisi demikian beliau tidak lupa selalu mendo’akan kita sebagai umatnya yang padahal selalu mengabaikan beliau.

“Lalu Hari ini, kita di penuhi makanan yang beraneka ragam dan nikmat. Namun kita sangat jauh dari ibadah dan rasa syukur!”

“Dan tahukah kalian, setelah Imam Ja’far menceritakan tentang cara berbuka Rasulullah, ia seketika tidak sadarkan diri karena merasa sedih yang dalam mengenai Rasulullah”.

Demikianlah kecintaan ulama-ulama terdahulu yang sangat besar terhadap Rasulullah hingga tidak siuman ketika mengingat perjuangan Nabi. Dari kisah ramadan ini kita dapat meneladani bahwa rasa syukur dan kecintaan pada Nabi harus selalu ada dalam diri kita, jangan sampai urusan dunia memalingkan kita terhadap urusan agama. Ulama besar sekelas Imam Malik saja merasa ibadahnya belumlah seberapa hingga menangis penuh haru, lalu bagaimana dengan kita yang seringkali beribadah jauh dari khusuk ?. Yuk mulai perbaiki kualitas ibadah kita, dan berdoa selalu digolongkan bersama orang – orang shalih yang mendapat petunjuk dan hidayah dari ALLAH.

admin