Perilaku yang Mencerminkan Keimanan terhadap Kitab-kitab Suci Allah Swt

Perilaku yang Mencerminkan Keimanan terhadap Kitab-kitab Suci Allah Swt – Makna asal dari iman adalah tasdiq al-j zim (pembenaran yang bersifat pasti).  Iman terhadap kitab-kitab suci artinya adalah membenarkan secara pasti kitab-kitab suci Allah Swt, baik Al-Qur’an maupun kitab-kitab sebelum Al-Qur’an.  Adapun refleksi keimanan terhadap kitab-kitab suci Allah Swt dapat dirinci sebagai berikut;

imam kepada kitab allah

Refleksi Iman Kepada Kitab-kitab Suci Sebelum Al-Qur’an

Keimanan seorang Muslim terhadap kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an harus diwujudkan dalam aspek-aspek berikut ini:

  1. Mengimani bahwasanya Taurat, Zabur, Injil, serta suhuf Nabi Ibrahim As dan Musa As berasal dari Allah Swt. Semuanya adalah wahyu dari Allah Swt, bukan buatan Nabi Musa, Daud, Isa, dan Ibrahim As.
  2. Berdasarkan kaidah “syar’u man qablan laisa syar’an lan (syariat nabi-nabi sebelum kita, bukanlah syariat bagi kita), maka, syariat-syariat nabi terdahulu yang termaktub di dalam Taurat, Injil, Zabur, dan suhuf, tidak boleh diamalkan.

Imam Baihaqi menuturkan sebuah hadis dari Jabir bin ‘Abdullah, yang artinya: “Sesungguhnya Umar mendatangi Nabi Saw dan berkata, “Kami telah mendengar hadis-hadis dari Yahudi yang membuat kami takjub, lantas bolehlah kami menulis sebagiannya?  Nabi Saw menjawab, “Apakah kalian merasa ada yang kurang (dalam agama Islam), sebagaimana orang Yahudi dan Nacrani merasa ada yang kurang dalam agama mereka?  Sungguh, aku telah membawa untuk kalian yang putih suci. Dan seandainya Musa As masih hidup hingga sekarang, maka tidak ada keluasan baginya, kecuali akan menjadi pengikutku”. [HR. Imam Baihaqi, Sya’b al-Iman, juz 1/194].

Sedangkan dalam masalah akidah (tauhid) dan hikmah dari kisah-kisah para nabi terdahulu, seorang Muslim wajib mengambilnya sebagai bentuk pengamalan Al-Qur’an. Alasannya, dalam hal akidah (tauhid), para Nabi dan Rasul memiliki prinsip yang sama.   Tidak ada perbedaan antara Nabi Muhammad  Saw dengan nabi-nabi sebelumnya dalam masalah aqidah (tauhid).  Al-Qur’an telah menyatakan ini di dalam firmanNya:  “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiaptiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu”. [QS An-Nahl (16): 36].

 Siapa saja yang menjadikan Al-Qur’an ada di depannya maka ia akan menuntunnya ke surga. Tapi siapa saja yang menjadikan AlQur’an di belakangnya maka ia akan menggiringnya ke neraka.”

[HR Ibnu Hibban dalam kitab sahihnya dari Jabir bin Abdullah RA. Dan riwayat imam Baihaqi dalam kitab Sya’bul Iman dari Jabir dari Ibnu Mas’ud RA. Ini adalah hadis Sahih].

  1. Menyakini bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah, bukan kalam Nabi Muhammad Saw. Allah Swt berfirman, yang artinya:  “Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (AlQur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. [QS An-Najm(53): 2-4]
  2. Membenarkan secara pasti perkara-perkara akidah yang disebutkan di dalam Al-Qur’an, seperti, malaikat, jin, hari kiamat, surga dan neraka, pahala dan siksa kelak di hari akhir, serta perkara-perkara akidah lainnya. Mengerjakan secara menyeluruh semua perkara syariat yang termaktub di dalam Al-Qur’an, seperti perintah mengerjakan salat, zakat, puasa, haji, tepat janji, amanah, jujur, dan syariat Islam lainnya. [QS Al-Baqarah (2): 208].
  3. Mengimani bahwa Al-Qur’an adalah risalah terakhir yang diturunkan Allah kepada umat manusia. Tidak ada risalah sesudah Al- Qur’an. Allah Swt berfirman, yang artinya:

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. [QS Al-Ahz b (33): 40]. Mengimani bahwa Al-Qur’an adalah risalah yang berfungsi untuk menyempurnakan dan menguji kebenaran risalah-risalah sebelumnya [QS Al-M idah (5): 48]; mempermudah manusia dengan syariat yang ringan dan mudah [QS. Al-A’r f (7): 157]; menjelaskan seluruh aspek kehidupan umat manusia [QS An-Nahl (16): 89]; dan ditujukan untuk seluruh umat manusia [QS Saba’ (34): 28].[pi]

Tags:

perilaku beriman kepada kitab allah, perilaku beriman kepada kitab kitab allah, tuliskan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada kitab allah swt, contoh perilaku beriman kepada kitab allah, perilaku yang mencerminkan keimanan kepada kitab allah, perilaku yang mencerminkan iman kepada kitab allah, contoh perilaku yang mencerminkan iman kepada kitab allah, perilaku beriman kepada kitab-kitab allah